Agility: Apa Itu, Manfaat, dan Cara Meningkatkan

Agility adalah istilah dalam bisnis yang diadopsi dari kata yang sama dalam atletis. Artinya, juga sama yaitu berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bergerak lincah dan tangkas.
Namun demikian, pengertian agility dalam bisnis, bukan hanya terbatas pada ketangkasan individu saja, melainkan cenderung pada kultur perusahaan sebagai organisasi.
Artikel ini akan membahas komponen-komponen penting untuk membentuk agility di perusahaan.
Agility artinya adalah kemampuan organisasi untuk dapat beradaptasi dengan cepat dan efisien pada perubahan, baik dari sisi internal maupun eksternal.
Kemampuan merespon dengan efektif dan efisien ini penting bagi bisnis mengingat kesempatan dan tantangan yang datang baik dari dalam organisasi maupun lingkungan luar terus muncul.
Perusahaan yang memiliki agility baik dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dan melakukan mitigasi risiko dengan lebih baik. Singkat kata, bisnis dengan agility yang baik memiliki kesempatan untuk bertahan bahkan memenangkan persaingan.
67% responden setuju bahwa agility menjadi prioritas tinggi dalam organisasinya.
Survei Deloitte, 2021.
Ke depan, perubahan dan ketidakpastian menjadi semakin niscaya. Inovasi di bidang teknologi yang bergerak dengan cepat misalnya meningkatkan ketidakpastian kebutuhan dan keinginan konsumen.
Di tengah dunia yang terus berubah dengan cepat, organisasi yang memiliki ketangkasan mampu beradaptasi dengan lebih cepat dan efisien. Keduanya merupakan kunci untuk pelayanan optimal pada konsumen.
Dalam hal ini, agility dalam bisnis adalah kemampuannya sebagai organisasi, baik itu dari segi kepemimpinan, strategi, maupun corporate governance sehingga dapat memberikan nilai tambah pada para pemangku kepentingan yang beroperasi dalam masa yang tidak menentu, kompleks bahkan ambigu.
Beberapa indikator yang menunjukkan agility dalam bisnis adalah:
Perusahaan yang memiliki agility akan mendapatkan beberapa manfaat bagi bisnisnya.
Beberapa manfaat yang bisa didapatkan perusahaan dengan menerapkan agility adalah sebagai berikut.
Perusahaan yang mengadopsi agility dapat bereaksi dan merespons terhadap kesempatan dan ancaman yang ada di pasar sambil memastikan bisnisnya tetap customer-centric.
Mengadopsi konsep agility memungkinkan perusahaan beradaptasi dengan situasi yang dihadapinya lebih cepat dari kompetitornya.
Manfaat lain yang bisa didapatkan perusahaan dengan mengadopsi konsep agility adalah memiliki keunggulan kompetitif di pasar.
Perusahaan yang agile dapat memanfaatkan kesempatan lebih cepat sehingga membuatnya menjadi pelopor di industri.
Mengadopsi konsep agility juga memungkinkan perusahaan untuk belajar dari kesalahan mereka, menyesuaikan kembali strategi dengan cepat dan tidak tetap berkomitmen pada rencana mereka.
Perusahaan juga dapat bereaksi secara proaktif dengan penuh percaya diri untuk mengejar atau mengungguli kompetitornya.
Manfaat yang bisa didapatkan perusahaan dengan mengadopsi agility adalah kolaborasi lintas-fungsi sehingga memungkinkan pemecahan masalah yang lebih kreatif dan inovatif.
Konsep agility memungkinkan perusahaan untuk “memecah” struktur hierarki perusahaan dalam pengambilan keputusan terhadap suatu masalah.
Di mana, setiap departemen dapat bekerja sama dengan satu sama lain sehingga memungkinkan ide yang muncul lebih inovatif serta mendorong lingkungan yang suportif.
Kerangka kerja untuk meningkatkan agility di organisasi seperti perusahaan, diciptakan untuk membantu perusahaan bertahan dan memenangkan persaingan di kondisi yang berubah-ubah atau volatile, uncertain, complex, ambiguous (VUCA).
Kerangka kerja ini meliputi 5 komponen menyeluruh untuk memaksimalkan agility di dalam perusahaan, yang di antaranya adalah:
Masing-masing aspek akan mempengaruhi cara operasional perusahaan dan terus berubah mengikuti kebutuhan konsumen serta pemangku kebijakan yang juga tidak pernah stagnan.
Salah satu cara kepemimpinan adaptif atau agile leadership adalah dengan melahirkan sosok-sosok pemimpin di setiap level.
Hal ini berangkat dari kepercayaan bahwa setiap individu memiliki potensi dan kemauan berkembang (growth mindset) sehingga dapat bersama-sama mencapai tujuan bersama.
Hal ini cukup berbeda jika dibandingkan dengan kepemimpinan tradisional yang cenderung pada berbasis pada perintah sehingga kepemimpinan terpusat.
Kekurangan model kepemimpinan seperti ini adalah bawahan merasa bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan atasannya saja, alih-alih tujuan bersama.
Hal ini juga berdampak pada kemampuan organisasi untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Kepemimpinan yang terdesentralisasi memungkinkan organisasi untuk lebih luwes menghadapi perubahan.
Strategi bisnis memungkinkan organisasi untuk membangun, mendeskripsikan, beradaptasi dan mengimplementasikan rencana untuk mencapai satu atau lebih objektif.
Agile strategy memungkinkan perencanaan yang lebih detail untuk merespon isu dengan lebih efisien sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan.
Fleksibilitas dalam perencanaan juga penting untuk memastikan strategi yang ada terus relevan dengan tantangan dan kebutuhan operasional dalam kondisi VUCA.
Kunci sukses agile strategy untuk menerapkan agility adalah sebagai berikut:
Corporate governance menjadi kunci penting bagaimana strategi yang ada dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini karena corporate governance dapat didefinisikan sebagai struktur dan proses yang menjadi kerangka pengambilan keputusan.
Poin kuncinya adalah adanya kontrol untuk memastikan transparansi proses dan performa di semua level, baik dari level organisasi hingga level individu, secara konsisten.
Baca juga: 5 Prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Sumber daya manusia yang memiliki agility adalah mereka yang memiliki keingintahuan dan kemauan untuk terus meningkatkan kompetensi dan kapabilitasnya baik melalui pelatihan maupun pengalaman.
Mereka cenderung nyaman di organisasi yang agile karena pada dasarnya perusahaan seperti ini tidak pernah berhenti belajar.
Untuk mendukung individu-individu yang agile, perusahaan tidak bisa hanya berhenti pada menyiapkan program pelatihan dan pengembangan saja. Perusahaan juga perlu menyiapkan organisasinya pada suasana kerja yang memungkinkan kerja kolaboratif terjadi.
Baca juga: Rekrutmen 101: Panduan Merekrut Kandidat untuk Rekruter dan Hiring Manager
Kultur perusahaan sering kali diibaratkan sebagai watak perusahaan itu sendiri, yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor mulai dari ukuran perusahaan, letak geografisnya, kepercayaan dan tentu saja nilai-nilai.
Namun demikian, sumber daya manusia dan pengaruh eksternal juga memberikan warna pada budaya perusahaan.
Budaya perusahaan yang agile memberikan seperangkat nilai inti, perilaku dan praktik yang dapat menjadi rujukan dalam kondisi VUCA.
Kesuksesan implementasi budaya perusahaan akan sangat bergantung pada upaya promosi, dorongan, bahkan penerapan hadiah dan hukuman pada sumber daya manusianya di semua level secara konsisten.
Agility adalah kemampuan penting bagi perusahaan untuk bertahan di situasi yang tidak menentu. Ada lima komponen penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang ingin meningkatkan agility-nya yaitu dari segi kepemimpinan, strategi, corporate governance, sumber daya manusia dan juga budaya perusahaan.
Agar perusahaan menjadi benar-benar agile, sumber daya di dalamnya mesti adalah individu-individu yang agile, didukung dengan budaya perusahaan yang juga agile. Keduanya dapat terwujud melalui kepemimpinan, strategi dan corporate governance yang juga agile.