1,948 views

Strategi Retensi 2024 Cegah Turnover Karyawan Pasca Lebaran

Meidiana Aprilliani
Meidiana Aprilliani
April 2, 2024
turnover karyawan
turnover karyawan

Turnover karyawan 2024—Tren resign massal pasca lebaran telah menjadi perhatian besar pelaku bisnis dan praktisi HR di Indonesia. Di momen ini, jumlah karyawan yang mengundurkan diri untuk mencari peruntungan baru di perusahaan lain umum terjadi dalam jumlah masif. Namun, apakah fenomena ini akan terus berlanjut di 2024? 


Fenomena Resign Massal Pasca Terima THR di 2024

Survei yang dilakukan Mercer menunjukkan bahwa perusahaan di Asia Tenggara, termasuk indonesia, memiliki tingkat turnover karyawan tertinggi pada level menengah. Salah satu alasannya karena perusahaan mencari kandidat yang berpengalaman dan minim pelatihan di tengah situasi makro ekonomi saat ini, sehingga lowongan terbuka di level ini banyak tersedia. 

Secara khusus, CEO Wagely, Tobias Fischer pun menyoroti karyawan pabrik di sektor retail Tanah Air yang menggerakan peningkatan turnover di minggu-minggu setelah liburan Lebaran. Hal ini disebabkan oleh karyawan yang menunggu THR setelah liburan dan kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri. 


Apa Alasan Karyawan Memutuskan Resign Saat Ini?

turnover karyawan

Meskipun diterpa gelombang badai ekonomi, pasar tenaga kerja di Asia Tenggara nyatanya diidentifikasi masih bergeliat. Fakta ini didukung oleh hasil survei terbaru Boston Consulting Group yang melaporkan 34% karyawan di Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya aktif mencari pekerjaan baru di 2023

Inflasi pun nyatanya melatar-belakangi sentimen tenaga kerja di tahun ini. Melansir CNBC, 40% pencari kerja mengakui mereka membutuhkan pendapatan lebih tinggi karena gejolak inflasi yang menyebabkan peningkatan biaya

Menjelang Lebaran nanti, pemberian THR pun patut diakui sebagai dorongan utama mengapa eksekusi pengunduran diri masif di momen ini. Namun, apakah THR adalah satu-satunya pemicu terbesar yang membentuk tren tahunan ini?

Menurut HRBP Glints, Debby Laurentina, pemberian THR memang menjadikan momen pasca Lebaran lebih menguntungkan untuk karyawan mengundurkan diri. Meski begitu, dirinya melihat THR hanya sebagai pemantik dari banyaknya alasan pengunduran diri yang telah diakumulasi oleh karyawan tersebut. 

“Orang resign itu tidak semata-mata karena kompensasi, apalagi THR yang one-time-off. Jadi, biasanya ada hal-hal lain yang they are not satisfied with, itu yang kita fokuskan.”


Dampak  Resign Massal Jelang  Lebaran bagi Perusahaan

turnover karyawan

Terjadinya resign massal yang tidak terkendali dan diinginkan tentu membawa dampak signifikan pada berjalannya bisnis. Tidak hanya tentang sulitnya mencari pengganti yang cocok, tetapi perusahaan juga perlu mengelola dampak yang berimbas pada karyawan yang tinggal.

Dalam bincang eksklusif bersama Head of People & Culture Reku, Jovita Jims memaparkan beberapa dampak paling dirasakan dari terjadinya turnover. Di mana, membiarkan posisi kosong berlarut-larut dapat mempengaruhi stabilitas dan produktivitas karyawan yang tinggal.

1. Proses Bisnis

Terjadinya turnover yang tidak terkendali tentu akan berdampak pada bisnis proses. Dalam hal ini, pengaruhnya akan berbeda untuk lini pekerjaannya yang bersifat operasional dan berdasarkan proyek. 

“Dampak yang paling berasa business process. Ada posisi yang sifatnya recurring in daily basis, seperti operasional. Ada yang pekerjaannya sifatnya project base. Dua-duanya akan terganggu dari segi bisnis.”

2. Beban Operasional Melebihi Kapasitas

Turnover juga membawa dampak signifikan pada karyawan yang tinggal, utamanya mengenai beban kerja. Karenanya, penting untuk perusahaan mengkalibrasi kembali lini-lini bisnis yang menjadi prioritas dan disesuaikan dengan jumlah manpower yang ada. 

“Kalau kita belum dapat orang, demand-nya akan lari ke teman-teman yang tinggal kalau itu urgent. Akhirnya, beban (pekerjaan) semakin besar, dan temannya burnout. (Akhirnya) antara temannya leave atau produktivitasnya terganggu. Ini kalau operasional”.

3. Timeline Proyek yang Terganggu

Untuk lini pekerjaan dengan jenis proyek, terjadinya turnover juga berdampak langsung pada timeline kerja yang telah diatur sebelumnya. Hal ini akan lebih menyulitkan ketika perusahaan tidak sigap untuk mendelegasikan penanggung jawab baru atas proyek tersebut pada karyawan yang tinggal sejak jauh hari. 

“Kalau untuk yang project-base, kita biasanya ada target. Biasanya kita sudah atur timeline-nya. Kalau misalnya ada orang yang tiba-tiba keluar, akan ada pekerjaan yang tidak ter-handle dan di-cover oleh temannya. Pada akhirnya akan molor ke timeline-nya.”


Meski begitu, dampak dari perputaran karyawan pada dasarnya berbeda-beda tergantung pada ukuran perubahan, jenis bisnis, dan faktor lainnya. Bagi startup yang memiliki keterikatan dengan investor, pengelolaan dampak ini tentu lebih krusial. Tim manajemen bertanggung jawab untuk mengelola perubahan tersebut dan mengambil tindakan strategis untuk mengurangi dampak negatif.


Retensi = Prioritas: Faktor apa yang Harus Dipertimbangkan?

Pandemi Covid-19 yang berlanjut pada guncangan resesi global telah memberikan dampak yang signifikan terhadap banyak perusahaan dan industri di seluruh dunia. Perusahaan yang mengalami pelemahan finansial pun harus mengambil langkah-langkah penghematan biaya, termasuk memotong anggaran HR. 

Namun, retensi, utamanya ‘key player’, masih menjadi prioritas. Hal ini karena kehilangan karyawan berkualitas dapat menyebabkan gangguan pada operasional perusahaan, penurunan produktivitas, dan biaya yang lebih tinggi untuk merekrut serta melatih karyawan baru. Meski begitu, retensi di tengah keterbatasan dan ketidakpastian saat ini adalah tentang prioritas dengan banyak pertimbangan.

“Retensi tentu bisa tidak semua, karena perusahaan resource-nya terbatas. Kalau semua ingin ditaruh di (pool) retention, harus dipikirkan juga budget untuk hire new people, grow the business, dan lain-lain,” ujar Debby dalam sebuah bincang hangat.

Mengingat dorongan untuk melakukan retensi secara cermat, dan tentu saja efisien, penting untuk perusahaan memetakan profil key player dan key position dalam tim. Hal inilah yang menurut Debby kemudian menjadi pertimbangan besaran upaya retensi yang dapat dikeluarkan untuk mempertahankan mereka bersama perusahaan. 

“Hard to choose. Tapi setiap perusahaan pasti sudah ada definisi sendiri key player dan key position-nya siapa. Jadi kalau mereka ingin pergi, retention effort mereka berdasarkan itu.”


Natural Attrition: Strategi Retensi ala Bareksa untuk Tangguh Lewati 2024

Menghadapi situasi makro ekonomi yang tidak menentu dan persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan perlu mempertimbangkan strategi yang tepat untuk menjaga karyawan terbaiknya agar tetap bertahan. Natural attrition kemudian menjadi salah satu pilihan strategis, seperti yang dilakukan Bareksa

Bukan tanpa alasan, strategi ini dipilih perusahaan marketplace finansial dan investasi itu untuk menjaga stabilitas dan kualitas jangka panjang. Bareksa pun dengan ketat memetakan kriteria talenta yang akan menjadi prioritas retensi mereka. 

“Retensi hanya dilakukan untuk orang-orang yang: 1) critical position, 2)top performance, hanya orang-orang itu. Karena salah satu strategi kita saat ini untuk bisa melewati badai krisis ekonomi adalah dengan melakukan natural attrition.”

Deisy Handayani, Head of People Experience Bareksa


Lalu bagaimana strategi retensi yang dilakukan Bareksa untuk mempertahankan talenta terbaik mereka?

Dalam bincang eksklusif bersama Glints, Deisy yang juga telah berkecimpung selama 12 tahun di dunia HR ini menjabarkannya bagaimana cara sukses Bareksa menarik dan mempertahankan talenta terbaik. 

1. Menekankan Transparansi

Transparansi adalah nilai yang dipegang perusahaan peraih Midis SBSN Terbaik 2020 Kemenkeu RI ini untuk menjaga kualitas hubungan perusahaan dengan karyawannya. 

“Pastinya kita selalu share ke mereka pertama adalah progres pencapaian perusahaan seperti apa, kita selalu transparan. Jadi mereka tahu kontribusi mereka di mana, sekarang sudah seperti apa, tidak ditutup-tutupi,” ujar Deisy. 

2. Menyediakan Pengembangan Karier

Kesempatan pengembangan karier memang selalu memasuki tangga teratas faktor employee engagement, dan Bareksa menyadari hal ini. Karenanya, mereka pun memastikan tersedianya peluang satu ini untuk setiap anggota tim yang bergabung. 

“Kedua kita selalu open sama carrier-path mereka. Selama mereka membuktikan performance mereka selalu bagus, itu sangat terbuka sekali untuk promotion,” jelas Deisy.

3. Menawarkan Benefit yang Kompetitif

Tak berhenti di sana, Bareksa juga menunjukkan daya tariknya di pasar kerja dengan penawaran benefit yang kompetitif. Langkah satu ini tentu efektif untuk mempertahankan karyawan yang dimilikinya saat ini maupun menarik atensi top talent baru untuk bergabung. 

“Kita kasih benefit yang bagus dibanding perusahaan teknologi lain,” terang Deisy. 

4. Program Employee Engagement

Terakhir, Bareksa pun memiliki berbagai fasilitas menarik sebagai program employee engagement mereka. Mulai dari tersedianya sports club hingga ruang karaoke. 

“Kita selalu ada engagement untuk teman-teman. Kita punya team bonding per kuartal, sports club seperti badminton, tenis, futsal. Kita juga adakan acara-acara untuk gathering, tumpengan bareng-bareng. Kita punya sudut karaoke yang open kapanpun mereka mau nyanyi-nyanyi.”


Itu dia strategi retensi untuk mencegah atau meminimalisir dampak retensi jelang Lebaran 2024. Siap menerapkannya untuk perusahaan Anda?

Rekrut secara Tepat Lebih Cepat bersama Glints!
Bangun tim Anda lebih mudah mulai hari ini! Temukan kandidat berkualitas sesuai kualifikasi Anda dengan efisien bersama Glints. Jadwalkan konsultasi gratis dengan mengisi formulir ini.