57 views

Tren Inflasi Jabatan untuk Menarik Talenta, Strategi yang Efektif?

Safira Adnin
Safira Adnin
April 29, 2024

Titel pekerjaan atau job title berperan penting dalam strategi menarik maupun mempertahankan talenta. Saat ini, Anda mungkin sering menemui sejumlah profesional yang telah bergelar manajer atau direktur — dengan waktu kerja yang cukup singkat.

Anda dapat menyebut fenomena ini sebagai job title inflation atau inflasi jabatan.

Inflasi jabatan merupakan praktik perusahaan dengan memberikan title pekerjaan atau job title yang tampak jauh lebih senior, namun tidak secara akurat mencerminkan — keterampilan, pengalaman, tingkat senioritas, atau bahkan jumlah kompensasi dan gaji — dalam bentuk yang sebenarnya pada posisi tersebut.

Tren Inflasi Jabatan

Inflasi jabatan kerap kita temukan sebagai strategi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan berkembang untuk menarik dan mempertahankan talenta. Mengapa?

  1. Menarik Talenta: Gelar jabatan yang terdengar lebih menarik membantu perusahaan menarik lebih banyak kandidat. Misalnya, sebuah job title “Senior Manajer” akan lebih membawa daya tarik, dibandingkan saat perusahaan hanya sekedar meletakkan gelar “Manajer”, meskipun mungkin fungsi role-nya tidak jauh berbeda.
  2. Mempertahankan Karyawan: Dengan memberikan promosi jabatan, meskipun tanpa kenaikan gaji yang signifikan, perusahaan bisa meningkatkan kepuasan karyawan dan mengurangi turnover. Gelar yang lebih tinggi dapat membuat karyawan merasa dihargai dan memiliki career path yang lebih baik.
  3. Menghemat Biaya: Terkadang, perusahaan memberikan promosi jabatan sebagai alternatif dari menaikkan kompensasi maupun gaji karyawan. Hal ini bisa menjadi cara yang lebih hemat untuk memberikan acknowlegement atau pengakuan kepada karyawan tanpa harus meningkatkan biaya operasional.
  4. Menyesuaikan dengan Standar Industri: Agar tetap relevan dan kompetitif, perusahaan mungkin perlu menyesuaikan gelar jabatan yang mereka gunakan agar sesuai dengan tren.
  5. Struktur Organisasi: Seiring perusahaan berkembang, mungkin ada kebutuhan untuk membuat struktur organisasi yang lebih kompleks yang mencakup lebih banyak tingkatan atau lapisan manajemen. Inflasi jabatan dapat membantu menciptakan atau memperjelas hierarki dalam perusahaan.

Inflasi jabatan telah berjalan di beberapa generasi

Praktik inflasi jabatan telah berkembang seiring berjalannya waktu, dan dengan empat generasi yang berbeda — Baby Boomers, Gen X, Millenials, dan Gen Z.

Anda mungkin mengingat, beberapa saat yang lalu sebuah jabatan atau job title mungkin diidentifikasi dengan nama-nama yang lebih sederhana. Job title bersifat langsung dan mencerminkan fungsi inti dari sebuah role.

“Sekretaris”, “Manajer”, “Insinyur” — nama-nama ini menggambarkan dengan sangat jelas mengenai tanggung jawab atau fungsi dari job title tersebut.

Namun, seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan penekanan pada inovasi, perubahan-perubahan istilah yang digunakan pada job title turut mengalami perubahan.

Perusahaan mulai menggunakan gelar-gelar seperti “Chief Knowledge Officer” atau “Innovation Catalyst” untuk dapat merepresentasikan atau memproyeksikan citra yang ‘mutakhir’.

Seperti ungkapan HRWorld, tren ini dapat kita amati meningkat begitu pesat di industri teknologi — di mana “Guru” dan “Ninja” menjadi hal yang lumrah, bahkan untuk posisi entry-level.

Ada sekitar 25% pekerjaaan di sektor teknologi yang berada di level junior di tahun 2019 memiliki jabatan senior di tahun 2022, berdasarkan survei DataPeople.

Pekerjaan junior biasanya membutuhkan pengalaman kurang dari empat tahun, sedangkan pekerjaan senior biasanya memerlukan pengalaman lebih dari 10 tahun.

Dampak inflasi jabatan bagi multigenerasi

Munculnya lebih banyak generasi baru dalam sebuah angkatan kerja akan menambah kompleksitas pada inflasi jabatan. Bagaimana hal ini terjadi di masing-masing atau tiap-tiap generasi?

Generasi Baby Boomers

Generasi Boomers membangun karier mereka di masa di mana hierarki maupun gelar jabatan diidentifikasi dengan sangat jelas. Generasi Baby Boomers mungkin menghargai gelar — yang cukup menandakan tingkat senioritas dan pengalaman. Job title yang dilebih-lebihkan akan terdengar ‘tidak jujur’ bagi mereka.

Generasi X

Generasi ini dikenal bersifat pragmatis, Gen X mungkin lebih bisa memahami judul-judul gelar jabatan yang lebih kompleks — maupun cenderung dilebih-lebihkan. Hanya saja, mereka mungkin akan lebih fokus pada tanggung jawab sebenarnya dan kompensasi yang melekat pada suatu role.

Generasi Milenial

Generasi ini tumbuh saat teknologi berkembang, dan segalanya tampak jadi serba cepat. Generasi milemial berorientasi pada pencapaian. Sehingga, mereka menganggap gelar yang berlebihan itu menarik, terutama jika gelar tersebut menandakan kemajuan karier atau peningkatan otonomi.

Gen Z

Memasuki dunia kerja yang telah dipenuhi dengan job title yang berlebihan, Gen Z mungkin akan jadi lebih skeptif. Mereka mungkin memprioritaskan sebuah gelar jabatan yang secara akurat mencerminkan dampak dan tujuan suatu role.

Tren Inflasi Jabatan untuk Menarik Talenta, Strategi yang Efektif?

Inflasi jabatan mungkin membawa kelebihan, seperti yang sudah kita pahami di uraian sebelumnya.

Inflasi jabatan dapat meningkatkan keterlibatan karyawan atau employee engagement, sehingga perusahaan kerap menggunakannya sebagai strategi retensi. Bahkan tanpa kenaikan gaji, cara ini dapat meningkatkan semangat kerja dan rasa pencapaian.

Gelar-gelar yang dibesar-besarkan juga membuat lowongan kerja tampak lebih menarik, terutama bagi generasi muda yang mencari acknowledgement atau pengakuan serta beriorientasi pada tujuan.

Namun, di balik itu, inflasi jabatan juga membawa suatu dampak bermasalah yang perlu perusahaan antisipasi.

Misalnya, inflasi jabatan dapat menarik lebih banyak kandidat, terutama pada posisi yang sulit untuk diisi. Namun, Anda perlu tetap mengingat konsekuensinya, di mana — strategi Anda mungkin membuat banyak kandidat yang merasa tidak memenuhi syarat.

Sebuah survei dari perusahaan software yang berbasis di New York, DataPeople, menemukan bahwa postingan pekerjaan yang menggunakan kata ‘senior’ secara kurang tepat — dapat menyebabkan penurunan tingkat pelamar hingga 39%.

Inflasi jabatan juga dapat menjadi bumerang bagi karyawan. Jabatan yang dibesar-besarkan tanpa tanggung jawab tambahan maupun kenaikan gaji, dapat berdampak pada kemampuan & performa bekerjanya.

Job title yang berlebihan dapat mengaburkan garis tanggung jawab dan menimbulkan kebingungan ‘siapa melakukan apa’.

Meningkatnya gelar yang terkesan senior juga dapat menurunkan nilai posisi senior yang sebenarnya, sehingga kemajuan karier seseorang menjadi kurang jelas.

Terakhir, gelar yang dilebih-lebihkan juga dapat menimbulkan harapan yang tidak realistis bagi para kandidat, sehingga menyebabkan disengagement dan tingginya turnover.

Apa Langkah yang Dapat Perusahaan Ambil Selanjutnya?

Di balik kelebihan dan risiko dari strategi inflasi jabatan, perusahaan perlu bergerak lebih maju, dan fokus pada penciptaan fondasi budaya acknowledgment (pengakuan) dan pengembangan yang lebih kuat.

Menggunakan inflasi jabatan sebagai strategi mungkin dapat membantu untuk meningkatkan motivasi karyawan untuk mempertimbangkan langkah karier yang selanjututnya. Strategi ini juga memungkinkan perusahaan untuk lebih menghemat biaya operasional perusahaan.

Namun, penting bagi perusahaan untuk tetap berhati-hati dan menjaga transparansi, serta dapat menarik kandidat yang sesuai dengan posisi tersebut.

Perusahaan juga perlu melakukan evaluasi kelebihan dan kekurangan dari strategi ini sebelum menerapkan inflasi jabatan sebagai pendekatan yang akan digunakan. Tingkatkan pemahaman mengenai dampak jangka panjangnya terhadap organisasi.


Rekrut secara Tepat Lebih Cepat bersama Glints!
Bangun tim Anda lebih mudah mulai hari ini! Temukan kandidat berkualitas sesuai kualifikasi Anda dengan efisien bersama Glints. Jadwalkan konsultasi gratis dengan mengisi formulir ini.