64 views

Diperlukan Strategi Lebih Proaktif untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Karyawan

Safira Adnin
Safira Adnin
April 17, 2024

Gangguan kesehatan mental memengaruhi 15% dari orang dewasa usia kerja, dengan depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat menjadi yang paling umum.

Individu dengan gangguan kesehatan mental menghadapi risiko yang meningkat terkait absensi karena sakit, pengangguran, penarikan permanen dari pasar kerja, dan pendapatan seumur hidup yang berkurang, yang pada akhirnya memperburuk masalah kesehatan mental mereka.

Temuan-temuan tersebut berasal dari studi tentang Penyebab Terkait Kerja dari kondisi kesehatan mental dan intervensi dari peningkatannya di tempat kerja yang dilakukan oleh University College Cork (UCC).

Studi yang ditulis oleh para akademisi dari Eropa, Jepang, dan Australia menekankan bahwa intervensi yang ada pada dasarnya berfokus pada tingkat individu dan merekomendasikan pengembangan strategi yang lebih proaktif untuk melindungi dan mempromosikan kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan, dikutip dari laporan HRM Asia.

Diperlukan Dukungan dari Pemerintah

Beberapa rekomendasi yang diuraikan dalam studi tersebut termasuk perlunya pemerintah mengintegrasikan tempat kerja ke dalam strategi kesehatan mental mereka.

Pembuat kebijakan di berbagai tingkat harus menetapkan regulasi dan pengawasan untuk kondisi kerja, terutama di lingkungan berisiko tinggi.

Selain itu, para pembuat kebijakan harus memprioritaskan pengembangan kebijakan yang mempromosikan lingkungan kerja yang sehat secara mental, terutama di tempat kerja dengan karyawan berpenghasilan rendah atau terpinggirkan.

Pedoman untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan tersebut, termasuk program pelatihan, harus ditetapkan, dan pemerintah harus meningkatkan sistem dukungan dan kondisi tempat kerja untuk memfasilitasi inklusi individu dengan masalah kesehatan mental di pasar kerja, seperti dilaporkan oleh EurekAlert!.

Diperlukan Strategi Lebih Proaktif

Profesor Ella Arensman,  Head of School of Public Health UCC and Chief Scientist of the National Suicide Research Foundation, serta salah satu penulis studi tersebut, menyimpulkan, “Beberapa perusahaan besar telah menerapkan Program Bantuan Karyawan dan sistem dukungan rekan untuk menawarkan dukungan bagi mereka yang mengalami masalah kesehatan mental,”

“Perusahaan sekarang perlu melangkah lebih jauh dan memperkuat program-program ini dengan inisiatif proaktif untuk meningkatkan organisasi kerja dan kondisi kerja. Ini bukan hanya sebuah kewajiban moral tetapi juga diperlukan bagi pengusaha untuk memenuhi mandat hukum dan etika mengenai lingkungan kerja yang aman secara psikologis.”

Stres karena Pekerjaan menjadi Masalah Serius

Workload atau beban kerja menjadi alasan utama di balik stres, tertekan, gangguan kecemasan bahkan depresi di tahun 2021. Hal ini diungkapkan dalam hasil survei dari Health and Safety Executive (HSE) kepada 822.000 pekerja. 

Dari survei ini, workload yang meliputi tenggat waktu yang sempit, terlalu banyak beban pekerjaan, bahkan hingga kurangnya dukungan secara manajerial menjadi sebab meningkatnya level stres, gangguan kecemasan hingga depresi. 

Di antara semua jenis stres yang berkaitan dengan pekerjaan, gangguan kecemasan dan depresi dialami oleh setengah dari responden. Hal ini otomatis menjadi peringkat pertama untuk gangguan kesehatan mental yang diakibatkan oleh pekerjaan. 

Namun demikian, stres akibat pekerjaan hampir tidak mungkin sepenuhnya dihindari. Pun, solusi dari masalah stres akibat pekerjaan ini tidak bisa bertumpu pada penyelesaian individual. 

Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran untuk merawat kesehatan mental dari masing-masing individu karyawan, perusahaan sebagai organisasi juga perlu memiliki kesadaran yang sama. 

Langkah awal yang bisa dilakukan perusahaan

Workload analysis

Belakangan ini, istilah burnout makin sering kita dengar. Burnout adalah kondisi pekerja yang merasa memiliki beban kerja jauh lebih banyak dari yang bisa ditanggungnya ditambah dengan tekanan lain, mungkin tenggat waktu yang ketat atau lingkungan kerja yang tidak suportif. 

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya hal ini kepada karyawan adalah dengan memberikan porsi beban kerja yang wajar. 

Untuk mendefinisikan wajar ini, perlu dilakukan yang dikenal dengan workload analysis atau analisis beban kerja.

Untuk melakukan workload analysis perlu dilakukan beberapa tahap berikut ini:

Menilai tugas dan kapasitas masing-masing anggota tim

Manager HR bisa melakukan penilaian kepada masing-masing anggota tim di perusahaan terkait dengan keterampilan, tanggung jawab dan beban pekerjaannya. 

Dari data ini, bisa dilihat persebaran keterampilan, beban kerja hingga sumber daya yang dimiliki. Artinya, beban dan dukungan yang dibutuhkan oleh masing-masing anggota tim bisa dipetakan.

Menghitung beban rata-rata

Perhitungan ini penting untuk menjadi acuan batas atas workload di perusahaan. Untuk menghitungnya, coba dihitung berapa banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan oleh anggota tim dalam sepekan. 

Lalu, perlu juga diamati berapa banyak anggota tim yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. 

Evaluasi juga struktur tim yang dimiliki

Bisa juga dicek, apakah ada divisi yang memiliki jauh lebih banyak anggota tim sementara tim yang lain sangat ramping. 

Tentu hal ini juga perlu diimbangi dengan perhitungan beban kerja dari divisi terkait. 

Mengamati masing-masing divisi memiliki jumlah anggota tim yang proporsional sesuai dengan workload dari divisi juga bisa jadi salah satu cara untuk memastikan adanya pembagian kerja yang adil. 

Lingkungan kerja yang positif

Pentingnya lingkungan kerja yang positif terutama terkait dengan sumber daya. Seperti yang sudah sempat disinggung sebelumnya, tingginya workload juga bisa berkaitan dengan dukungan secara manajerial. 

Namun demikian, tentu dukungan dari sesama kolega juga tidak kalah pentingnya untuk meringankan workload masing-masing karyawan. 

Mungkin dukungan dari atasan maupun kolega tidak selalu berupa bantuan langsung, namun rasa aman dan merasa didukung juga bisa mengurangi kemungkinan muncul perasaan tertekan di tempat kerja.

Asuransi untuk kesehatan mental

Dalam survei internal yang kami lakukan, cakupan asuransi kesehatan menjadi salah satu pertimbangan untuk karyawan ketika memutuskan untuk pindah kantor. 

Di kondisi sekarang, ketika kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin tinggi tidak jarang karyawan yang mengharapkan asuransi kesehatan yang diberikan mencakup biaya konsultasi psikolog atau psikiater. 

Workload menjadi salah satu alasan yang paling banyak dikemukan oleh responden survei yang dilakukan oleh HSE. 

Terkait dengan stres pekerjaan, termasuk tingginya workload, rupanya tidak bisa hanya diselesaikan dengan solusi individu. Perusahaan juga mesti terlibat untuk menciptakan ruang kerja yang nyaman. 

Ruang kerja yang nyaman, selain memastikan semua orang yang terlibat di dalamnya lebih sehat baik secara fisik maupun psikologis, juga tentu saja bisa lebih produktif dan efisien. 


Rekrut secara Tepat Lebih Cepat bersama Glints!
Bangun tim Anda lebih mudah mulai hari ini! Temukan kandidat berkualitas sesuai kualifikasi Anda dengan efisien bersama Glints. Jadwalkan konsultasi gratis dengan mengisi formulir ini.