Performance appraisal atau penilaian kinerja adalah tahapan yang penting baik bagi perusahaan maupun masing-masing pribadi karyawan.
Metode ini menjadi salah satu yang harus dilewati setiap karyawan untuk mengukur produktivitasnya. Lebih jauh, metode ini merupakan instrumen yang digunakan perusahaan untuk menilai kualitas kerja karyawan sehingga berkaitan dengan promosi, mutasi atau bahkan pemutusan hubungan kerja.
Bagi HR, melakukan penilaian kinerja menjadi salah satu kewajiban. Mengingat salah satu tugas HR adalah memastikan karyawan bekerja dengan produktif dan bisa meningkatkan kinerja perusahaan.
Setelah melewati proses ini, HR dan perusahaan bisa menilai performa karyawan secara obyektif selama kurun waktu tertentu sekaligus memutuskan bagaimana pengembangan karir masing-masing karyawan.
Melihat dari pentingnya performance appraisal baik untuk perusahaan maupun karyawan, proses ini harus dilakukan dengan efektif, metode penilaian kinerja mana yang cocok digunakan?
Simak pemaparan dari Glints berikut ini ya!
Isi Artikel
TogglePerformance appraisal atau juga sering dikenal dengan performance review atau penilaian kinerja adalah metode untuk menilai kinerja masing-masing karyawan didokumentasikan dan dievaluasi.
Performance appraisal merupakan bagian dari pengembangan karier. Hasil dari penilaian sendiri akan digunakan sebagai acuan untuk untuk memutuskan jalan pengembangan karier masing-masing karyawan.
Untuk penyelenggaraan performance appraisal sendiri, masing-masing perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda. Umumnya jangka waktu untuk menyelenggarakan penilaian kinerja seperti ini secara berkala dalam jangka waktu per empat bulan, per enam bulan atau bahkan tahunan.
Melalui hasil penilaian ini, perusahaan bisa mendapatkan data yang objektif untuk menilai besaran kenaikan gaji, bonus hingga mempertimbangkan hubungan kerja.
Seperti yang sudah disinggung sekilas sebelumnya, performance appraisal bukan hanya memegang peranan penting untuk perusahaan namun juga untuk pengembangan karyawan sendiri.
Lebih jauh, menurut HR Central, beberapa objektif yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan performance appraisal adalah:
Untuk mencapai objektif di atas, sebaiknya hindari beberapa hal berikut ini selama melakukan penilaian kinerja.
Untuk memilih metode performance appraisal yang cocok dengan kebutuhan, perusahaan bisa memilih satu di antara beberapa metode yang lazim digunakan berikut ini:
Dalam penilaian tradisional, atasan atau manajer akan berdiskusi langsung dengan karyawan untuk membahas kinerja selama periode sebelumnya. Periode penilaian yang biasanya berlaku dalam penilaian tradisional adalah satu tahun.
Penilaian atasan atau manajer menjadi faktor yang penting dalam penilaian tradisional. Biasanya atasan akan menilai kinerja karyawan berdasarkan kemampuan dan kinerja karyawan sesuai dengan deskripsi pekerjaan.
Setelah penilaian kinerja selesai, kemudian akan dilihat hasilnya untuk disesuaikan dengan kenaikan persentase gaji dan skema benefit yang lain.
Self-appraisal biasanya dilakukan sebelum karyawan berdiskusi dengan atasan langsungnya.
Cara untuk melakukan self-appraisal adalah dengan melakukan penilaian kinerja pada diri sendiri. Karyawan, menilai sendiri kelebihan dan kekurangan kinerjanya untuk kemudian menjadi bahan diskusi bersama dengan atasan.
Self-appraisal biasanya digunakan sebagai bagian dari metode penilaian kinerja yang lain sehingga bukan menjadi satu-satunya dasar penilaian kinerja.
Jika metode performance appraisal tradisional bergerak dari atas ke bawah, maka employee-initiated review ini berjalan sebaliknya.
Dalam metode employee-initiated review, karyawan dapat meminta manajer untuk menilai dan memberikan feedback untuk kinerjanya.
Meskipun demikian, beberapa perusahaan belum bisa menggunakan metode ini untuk sepenuhnya menggantikan metode performance review tradisional. Cara ini bisa menjadi salah satu cara untuk mendorong kepemimpinan dalam diri karyawan.
Metode yang satu ini juga cukup lazim digunakan.
Mengisi kekurangan metode performance appraisal tradisional yang bergantung pada penilaian atasan sehingga mungkin menghasilkan bias penilaian. Metode feedback 360 derajat memungkinkan karyawan untuk mendapatkan feedback dari atasan, rekan kerja, pelanggan hingga diri sendiri.
Hal ini diharapkan bisa mengurangi kemungkinan adanya bias dalam penilaian.
Dari semua feedback yang masuk, perusahaan akan melakukan evaluasi secara keseluruhan, baik dari sisi manajerial maupun kinerja karyawan.
Metode ini juga akan menghasilkan feedback untuk manajemen dari karyawan atau yang biasa dikenal dengan upward appraisal.
Dengan demikian, hasil performance appraisal bisa lebih menyeluruh, baik untuk karyawan maupun untuk perusahaan sendiri.