104 views

Tantangan Industri Manufaktur di era Transformasi Digital

Safira Adnin
Safira Adnin
April 2, 2024
contoh pertanyaan wawancara

Industri manufaktur merupakan sektor penting yang ada di Indonesia. Di tahun 2021 misalnya, sektor industri manufaktur berkontribusi sebanyak 19,25% terhadap total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Beralih ke data selanjutnya, melansir data Trading Economics, sepanjang tahun 2022 Purchasing Managers Index (PMI) industri manufaktur Indonesia juga dinilai stabil melampaui standar rata-rata dunia, yaitu di atas 50.

Pada Januari dan September 2022 misalnya, PMI industri manufaktur meraih poin tertinggi yaitu di angka 53.7.

Tren yang positif ini menggambarkan adanya utilisasi yang baik serta kondisi sektor industri yangm cenderung ekspansif. Hal tersebut juga dapat dilihat dari capaian pertumbuhan sektor industri manufaktur.

Kemenperin mencatat sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,47% di Triwulan I tahun 2022, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang saat itu tumbuh 5.01%.

Di balik pertumbuhan masifnya, apa yang menjadi tantangan terbesar bagi industri manufaktur?

Digitalisasi Industri Manufaktur

Tahukah Anda, digitalisasi pada sektor industri manufaktur diproyeksikan mampu menciptakan 27 juta peluang pekerjaan baru di Indonesia pada tahun 2030, seperti temuan McKinsey.

Sayangnya, The World Bank mencatat bahwa hingga tahun 2030, Indonesia akan kekurangan 9 juta tenaga kerja di bidang Information and Communication Technology (ICT).

Kelangkaan tech talent ini tentu menjadi ‘batu penghalang’ di tengah potensi besar perkembangan sektor ini lewat transformasi digital.

Terdapat 70% permintaan tenaga kerja di bidang engineering dan operasional ICT di sektor industri manufaktur.

Tak perlu menunggu angka ketersediaan tech talent di 2030, karena laporan Institute of Management Development (IMD) sudah mencatat Indonesia hanya memiliki 19,42% lulusan di bidang ICT, matematika, dan sains pada 2021 lalu.

Padahal, menurut laporan LinkedIn, Job on The Rise 2022: The 20 Southeast Asia roles that are growing in demand, pekerjaan data scientist specialist dan machine learning engineer merupakan dua pekerjaan yang paling dibutuhkan di Indonesia.

Situasi ini kemudian disebut sebagai talent crunch, di mana permintaan terhadap tenaga kerja lebih tinggi dibanding ketersediaannya. Dengan kata lain tech talent saat ini jadi peran yang cukup krusial bagi seluruh sektor industri khususnya manufaktur.

Strategi Roadmap Talenta Digital di Sektor Manufaktur

Masalah utama dari SDM sektor industri manufaktur adalah kelangkaan talenta digital dan juga adanya skill gap, dimana tingkat keterampilan talenta saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan yang ada.

Hal ini membuat fokus HR leaders di sektor ini bukan hanya tentang merekrut kandidat yang sesuai.

Fokus lainnya adalah berkontribusi untuk membangun ekosistem keterampilan yang dibutuhkan serta meningkatkan angka retensi talenta terbaik mereka.

McKinsey menjelaskan, ada tiga fokus utama untuk menyusun dan mengembangkan strategi roadmap talenta digital.

1. Menarik Talenta Digital

Fokus ini bukan hanya tentang bagaimana Anda merekrut karyawan yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini pun diikuti dengan strategi pengembangan karir, gaji yang kompetitif, serta benefit yang membuat industri ini mampu bersaing di pasar tenaga kerja.

Terkait hal ini, Talent Acquisition Glints, Yasya Ramadhina memberikan insight-nya dari rekrutmen yang ia lakukan.

“Untuk kompensasi, setiap orang pasti mau gaji kompetitif, itu sudah jelas. Kalau sekarang, benefit yang paling dicari di luar gaji in terms of level, adalah asuransi,”

“Alasannya, semakin senior seorang talent, dia biasanya sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan. Mereka cenderung mempertimbangkan apakah perusahaan memberikan asuransi di luar BPJS serta cover untuk tanggungan seperti suami/istri dan anak.”

Di level senior, Yasya juga menyebut ESOP sebagai tools untuk menarik kandidat terutama jika perusahaan belum bisa memberikan penawaran gaji yang diinginkan oleh kandidat.

Benefit lain yang juga diharapkan oleh kandidat, baik junior maupun senior, adalah dukungan perangkat kerja seperti laptop dan ponsel.

2. Membangun Talenta Digital

Selain melalui program keterampilan untuk menutup skill gap yang ada, membangun talenta digital juga dapat dilakukan melalui pengembangan organisasi dan kepemimpinan yang agile.

Pengembangan talenta digital melalui pendekatan organisasi dan kepemimpinan yang agile membantu perusahaan beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan tidak terduga dalam lingkungan bisnis.

Seperti yang dijelaskan oleh Agile Coach, Puti Retno, dalam wawancaranya, pendekatan agile memfokuskan pada dua aspek utama: doing agile dan being agile.

Ini melibatkan analisis kontinu terhadap perubahan yang terjadi dan respons yang adaptif terhadap perubahan tersebut, seraya menjaga fokus pada kebutuhan pelanggan, baik internal maupun eksternal.

Pendekatan ini menekankan pentingnya mendengarkan masukan dari pelanggan dan mengadopsi komunikasi yang bersifat bottom-up dalam organisasi untuk meningkatkan responsivitas dan fleksibilitas.

Apa itu Agile?

Agile adalah metodologi manajemen proyek yang menekankan iterasi, kolaborasi tim, evaluasi terus-menerus, dan fleksibilitas.

Prinsip dasar agile mencakup pengembangan yang berkelanjutan, adaptasi, dan perbaikan, dengan tujuan untuk merespons dengan lebih cepat dan efektif terhadap perubahan atau kebutuhan baru.

Ini sering digunakan dalam pengembangan perangkat lunak tetapi telah diterapkan secara luas di berbagai jenis proyek di industri lain.

Agile mendukung pendekatan yang lebih modular dan incremental dalam menyelesaikan tugas, di mana proyek dibagi menjadi siklus yang lebih kecil atau ‘sprint’ yang memungkinkan tim untuk menguji dan menyesuaikan hasil kerja berdasarkan umpan balik secara real-time.

Fokus pada kolaborasi dan komunikasi dalam tim juga merupakan ciri khas penting dari agile, memastikan semua anggota tim terlibat dan berkontribusi secara aktif terhadap kesuksesan proyek.

“Kerangka umum pendekatan agile adalah doing agile dan being agile, akarnya dari sense and response. Artinya, kita analisis perubahan apa yang terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk beradaptasi. Satu lagi prinsip penting, customer centered, baik kepada customer internal maupun eksternal.” Pungkasnya.

3. Mempertahankan Talenta Digital

Salah satu upaya untuk meretensi ‘golden tech talent’ Anda adalah dengan penggunaan teknologi pada setiap aktivitas karyawan, fleksibilitas, dan budaya kerja yang positif.

Transformasi digital di sektor industri manufaktur tidak hanya berbicara tentang utilisasi infrastruktur digital.

Lebih dari itu, kemampuan perusahaan untuk bisa mengembangkan talenta digital. Skill gap, talent crunch, dan kemampuan perusahaan untuk menyusun langkah strategis dalam menghadapi masalah ini pun jadi tantangan bagi para HR leaders dalam memenuhi kebutuhan perusahaan di era transformasi digital.

Untuk menjawab tantangan dalam menemukan digital talent, sektor industri manufaktur setidaknya perlu menyusun strategi roadmap mulai dari memetakan skill yang dibutuhkan hingga membangun budaya digital yang mampu menarik talenta yang potensial.


Rekrut secara Tepat Lebih Cepat bersama Glints!
Bangun tim Anda lebih mudah mulai hari ini! Temukan kandidat berkualitas sesuai kualifikasi Anda dengan efisien bersama Glints. Jadwalkan konsultasi gratis dengan mengisi formulir ini.