1,299 views

Jenis-jenis Cuti, Kebijakan, serta Manfaat bagi Perusahaan

Vania
Vania
October 18, 2021

Siapa sangka, kebijakan cuti dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan karyawan bekerja di perusahaan Anda. Tidak hanya berguna untuk menurunkan tingkat turnover karyawan di perusahaan, cuti juga menjadi penting dalam usaha perusahaan menjaga kesejahteraan karyawan.

Mengapa karyawan membutuhkan cuti?

Menurut riset yang dikeluarkan The BMJ di 2006, stres dalam bekerja dapat mempengaruhi sistem metabolisme dan dapat meningkatkan risiko diabetes, stroke, bahkan penyakit jantung. Oleh karena itu, kebijakan cuti perlu ditetapkan agar karyawan sehat secara jasmani dan rohani dan dapat berkontribusi dengan baik dalam jangka panjang kepada perusahaan.

Kebijakan cuti ini perlu didefinisikan dalam peraturan yang disosialisasikan kepada seluruh karyawan dan jajaran manajerial perusahaan. Gunanya, agar sudah ada kesepakatan bersama dari pihak manajerial perusahaan mengenai batas cuti maksimal karyawan serta adanya kesempatan cuti yang setara bagi setiap individu.

Jenis-jenis Cuti Karyawan

Cuti karyawan terbagi menjadi cuti yang bersifat wajib karena diatur oleh kebijakan pemerintah, serta cuti yang tidak wajib namun dapat dipertimbangkan sebagai daya tarik bagi karyawan.

Cuti wajib yang diatur pemerintah, jika tidak ditaati, dapat membuat perusahaan dikenakan sanksi.

Jenis-jenis Cuti Wajib

1. Cuti Sakit

Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 mencatat bahwa setiap pekerja berhak atas cuti sebanyak 1 kali dalam 1 bulan atau diakumulasi menjadi 12 hari dalam satu tahun.

Selain dari durasi periode cuti tersebut, tiap perusahaan memiliki aturannya masing-masing terkait cuti. Misalnya, ada perusahaan yang memberikan hak cuti setelah karyawan telah bekerja selama satu tahun dan hal ini tidak diatur oleh pemerintah. Meski demikian, kebijakan ini dapat berpengaruh terhadap ketertarikan kandidat bergabung dengan perusahaan Anda.

Begitu pula dengan kebijakan jika cuti tidak diambil oleh karyawan. Beberapa perusahaan membiarkan jumlah cuti tersebut terus menerus terakumulasi. Ada juga perusahaan yang menghanguskan cuti jika karyawan memutuskan untuk tidak mengambil cuti sama sekali dalam satu tahun. Beberapa juga memberikan kompensasi berupa uang sebagai ganti cuti yang tidak diambil. 

  1. Cuti Besar 

Cuti besar merupakan cuti yang baru diberikan ketika karyawan menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan. Umumnya, cuti ini diberikan kepada karyawan yang telah bekerja setidaknya selama 6 tahun berturut-turut pada suatu perusahaan.

Ketentuan mengenai cuti besar bergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan dan umumnya tertulis pada surat perjanjian kerja. Jika tidak tertulis, karyawan juga dapat memastikan keberadaannya lewat divisi HR. 

Pada tahun ketujuh dan kedelapan, karyawan dapat mengajukan cuti masing-masing selama satu bulan. Cuti ini akan hangus jika tidak digunakan setelah enam bulan hak cuti besar diberikan.

  1. Cuti Sakit 

Mengingat kondisi fisik manusia yang sangat bergantung kepada banyak faktor, memberikan cuti bagi karyawan wajib hukumnya. Apalagi jika karyawan mengantongi surat cuti sakit atas hasil rekomendasi dari dokter. Meski demikian, cuti sakit tidak diatur oleh pemerintah dan kembali kepada kebijakan perusahaan masing-masing. 

Cuti sakit juga mencakup cuti yang perlu diambil karyawati ketika sedang datang bulan.

  1. Cuti Hamil dan Melahirkan

Khusus bagi perempuan yang akan melahirkan dan baru saja selesai melahirkan, akan berhak atas 1,5 bulan cuti sebelum tanggal melahirkan serta 1,5 bulan setelah melahirkan.

Hal ini tertera dalam UU. No 13 Tahun 2003 Pasal 82. Meski demikian, cuti ini perlu dilengkapi dengan surat dari dokter kandungan.

  1. Cuti Penting

Ada jenis cuti yang diberikan kepada karyawan jika ada keperluan penting yang tidak dapat diganggu gugat yang berhubungan dengan keluarga. Cuti penting ini tertulis dalam UU Pasal 93 Ayat 4 dalam UU No. 13 Tahun 2003.

Beberapa contoh keperluan karyawan yang menyebabkan karyawan tersebut berhak mengajukan cuti, yaitu:

  • Karyawan menikah (3 hari)
  • Anak menikah (2 hari)
  • Anak khitanan (2 hari)
  • Membaptiskan anak (2 hari)
  • Istri melahirkan atau keguguran (2 hari)
  • Keluarga terdekat meninggal dunia seperti suami/istri, orangtua/mertua, atank atau menantu (2 hari)
  • Anggota keluarga satu rumah meninggal dunia (1 hari)
  1. Cuti Bersama

Jenis cuti ini umumnya diberikan kepada seluruh karyawan, mengingat sifatnya dikeluarkan oleh pemerintah.

Menurut surat edaran keluaran Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi No. SE. 302/MEN/SJ-HK/XII/2010, cuti bersama termasuk dalam cuti tahunan karyawan.

Jenis-jenis Cuti Tidak Wajib

  1. Cuti Sabatikal

Cuti sabatikal merupakan cuti panjang yang umumnya digunakan untuk berfokus pada penelitian, penyegaran ilmu, atau sekedar beristirahat dan berjalan-jalan. 

Beberapa perusahaan menerapkan kebijakan cuti sabatikal ini, seperti The Smart Local, salah satu portal gaya hidup terbesar di Singapura. 

  1. Cuti Sehabis Agenda Penting

Beberapa perusahaan yang memiliki agenda penting dengan tuntutan dan jam kerja yang tinggi seringkali memberikan kompensasi berupa cuti tambahan bagi karyawan, tanpa mengganggu jatah cuti tahunan yang mereka miliki.

Agenda penting yang dimaksud misalnya hari perilisan produk baru atau hari belanja nasional pada 12.12. Salah satu perusahaan yang menerapkan kebijakan ini adalah perusahaan e-commerce Lazada.

Manfaat Memberlakukan Kebijakan Cuti Bagi Perusahaan

Tidak lagi menganggap cuti sebagai kerugian, muncul tren dimana perusahaan malah mendorong karyawan untuk mengambil cuti. Bahkan, bagi karyawan yang berprestasi atau memiliki performa baik, tidak jarang perusahaan memberi hadiah berupa cuti.

Mengapa demikian? Berikut adalah manfaat memberikan cuti bagi karyawan yang dapat dirasakan perusahaan.

Meningkatkan produktivitas karyawan

Cuti dan beristirahat sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas karyawan. 

Sebuah survei yang dilakukan oleh The Corporate Executive mencatat bahwa karyawan yang merasa memiliki istirahat cukup bekerja 21% lebih keras dibandingkan karyawan yang terus menerus bekerja tanpa jeda. Hal ini menyoroti pentingnya istirahat jika perusahaan ingin karyawan memiliki performa baik.

Memangkas biaya kesehatan

Biaya kesehatan karyawan terbebankan kepada perusahaan lewat klaim asuransi kesehatan karyawan. Dalam jangka panjang, karyawan yang seimbang dalam bekerja dan beristirahat tidak mudah jatuh sakit, dan akan berpengaruh terhadap biaya kesehatan yang perusahaan tanggung.

Meningkatkan tingkat loyalitas 

Karyawan tentu dapat menilai apakah perusahaan tempat mereka bekerja juga peduli terhadap kesejahteraan mereka sebagai manusia, tidak hanya pada performa dan kontribusi mereka terhadap perusahaan.

Jika Anda memberikan hak cuti yang sebanding dengan kerja baik yang mereka usahakan bagi perusahaan, dapat membuat karyawan merasa dihargai dan menghargai perusahaan Anda sebagai timbal balik. Loyalitas karyawan pun dapat  terbangun dan besar kemungkinan karyawan ini akan menyebarkan kebaikan perusahaan Anda dari mulut ke mulut. Perlu diingat bahwa reputasi perusahaan juga mencakup bagaimana perusahaan tersebut memperlakukan karyawannya. 


Rekrut secara Tepat Lebih Cepat bersama Glints!
Bangun tim Anda lebih mudah mulai hari ini! Temukan kandidat berkualitas sesuai kualifikasi Anda dengan efisien bersama Glints. Jadwalkan konsultasi gratis dengan mengisi formulir ini.