Pandemi COVID-19 membuat banyak perusahaan beradaptasi dalam menjalankan bisnis mereka. Anjuran physical distancing sebagai upaya mencegah penyebaran virus tak hanya melahirkan sistem pembatasan kapasitas karyawan di kantor dan penerapan sistem bekerja dari rumah, tetapi juga mengubah metode rekrutmen karyawan.
Interaksi antara perekrut dan kandidat lebih banyak dilakukan secara online, mulai dari skill test hingga wawancara, dan meminimalkan pertemuan langsung tatap muka. Rekrutmen karyawan secara virtual ini menjadi proses yang normal menggantikan cara manual sebelum wabah.
Table of Contents
ToggleBeberapa perusahaan menawarkan pekerjaan dengan sistem kerja fleksibel untuk karyawan remote. Mempekerjakan karyawan remote adalah langkah yang efisien, karena selain tidak membutuhkan kantor, perusahaan juga dapat mempekerjakan bakat-bakat terbaik tanpa hambatan geografis.
Dalam sistem flex job, dibutuhkan kandidat yang berpengalaman dan terbiasa bekerja mandiri, dapat memenuhi target, serta dapat mengatasi kendala bekerja jarak jauh.
Seperti halnya tes bagi siswa sekolah yang diberikan oleh guru secara online, skill test dan tes psikologi untuk calon karyawan juga dapat menggunakan teknologi internet. Selain lebih efisien, cara ini juga mendukung kebijakan pemerintah tentang pembatasan sosial.
Beberapa perusahaan menggunakan formulir online untuk dikerjakan dan dikumpulkan dalam waktu tertentu. Namun, ada juga yang memberikan skill test dalam bentuk mini project lewat e-mail yang harus diselesaikan oleh kandidat.
Bagi banyak perusahaan, tahap ini tetap penting, sebab perekrut tidak bisa hanya mengandalkan resume dan dokumen lamaran yang kurang menggambarkan kemampuan kandidat sesungguhnya. Skill test juga membantu menghindari bias dalam seleksi, sebab penilaian terhadap kandidat didasarkan pada kemampuan kualitatif.
Ini merupakan semacam wawancara satu arah sebagai pendahuluan, yaitu ketika perekrut mengirimkan sejumlah pertanyaan untuk dijawab oleh setiap kandidat melalui video pendek, dan dikirimkan kembali ke perekrut.
Selain perkenalan diri, kandidat biasanya diminta untuk menceritakan motivasi mereka melamar pekerjaan di perusahaan bersangkutan, apa yang akan mereka lakukan dengan peran barunya di perusahaan, dan bagaimana pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana karier kandidat ke depan.
Video ini dapat membantu perekrut untuk memberikan penilaian awal terhadap kecocokan kandidat dengan peran yang dibutuhkan perusahaan. Cara ini lebih efisien ketimbang perusahaan mewawancarai banyak kandidat satu per satu.
Dengan tersedianya beragam aplikasi video conference, seperti Zoom, Google Hangouts, dan Skype, banyak perusahaan yang memilih mengadakan wawancara secara online dengan kandidat daripada harus bertemu tatap muka.
Selain mencegah penularan virus lewat kontak langsung, metode virtual interview lebih efisien karena tidak membutuhkan banyak waktu dan usaha. Perekrut dapat mewawancarai banyak kandidat dalam satu hari.
Keuntungan lainnya, perekrut lebih mudah meminta interview kedua apabila tertarik dengan seorang kandidat tapi masih butuh informasi lebih mendalam. Perekrut juga dapat menggunakan virtual assessment dengan teknologi AI untuk menilai respons kandidat terhadap pertanyaan wawancara.
Perusahaan semakin mengandalkan peran job portal, media sosial, dan situs web untuk memasarkan iklan lowongan kerja mereka. Selain menjangkau lebih banyak kandidat, cara ini juga lebih hemat biaya anggaran iklan.