Demotivasi karyawan adalah masalah umum yang dihadapi banyak perusahaan, yang ditandai dengan menurunnya moral dan semangat kerja. Biasanya karyawan yang mengalami demotivasi mulai merasa tidak terlibat dengan pekerjaan dan organisasi.
Menurunnya motivasi karyawan sering dihubungkan dengan engagement atau tingkat keterlibatan karyawan. Menurut Gallup Consultant, ada tiga tipe karyawan, yaitu engaged, not engaged, dan disengaged. Karyawan yang mengalami demotivasi akan berubah dari engaged ke not engaged.
Karyawan not engaged bekerja sekadar memenuhi target, tidak peduli dengan tujuan organisasi, dan tidak mau tahu dengan masa depan bisnis perusahaan. Mereka menganggap pekerjaan sebagai rutinitas dan tidak akan memberi lebih untuk organisasi.
Jika sebagian besar karyawan kehilangan motivasi, maka Anda tidak bisa berharap untuk mengembangkan bisnis lebih cepat, apalagi mencapai tujuan organisasi. Karena itu, Anda sebaiknya menganggap demotivasi karyawan sebagai “penyakit” menular dan serius yang melemahkan kinerja tim.
Perusahaan yang tidak memberikan apresiasi terhadap pencapaian karyawan menjadi alasan umum demotivasi. Ini terjadi di perusahaan yang kerap memperlakukan semua karyawan mereka sama, alias tidak ada penghargaan bagi mereka yang bekerja melebihi target.
Akibatnya, karyawan yang berkinerja tinggi tak mau susah payah bekerja lebih. Mereka akan menurunkan kinerja ke rata-rata, atau asal target terpenuhi. Jika ini terjadi terus-menerus, maka kemungkinan karyawan terbaik akan meninggalkan pekerjaan tersebut.
Micromanagement juga dapat menyebabkan demotivasi karena menciptakan lingkungan kerja dengan tekanan tinggi. Gaya manajemen seperti ini mengekang karyawan dan tidak memberi otonomi dan kepercayaan kepada mereka. Atasan mengawasi ketat pekerjaan karyawan dan melakukan campur tangan.
Ketika karyawan tidak dipercaya, maka mereka tidak punya lagi semangat kerja. Mereka bekerja hanya untuk memenuhi tuntutan atasan atau agar tidak dipecat.
Pekerjaan yang menggunung bisa menyebabkan karyawan mengalami burnout. Pola kerja yang kurang tepat, tuntutan bos yang sangat perfeksionis, dan job description yang tidak jelas bisa menyebabkan karyawan menanggung beban kerja yang tidak realistis.
Dengan situasi ini, karyawan akan mudah stress dan tidak bahagia, dan akhirnya kehilangan semangat kerja.
Kehadiran manajer yang buruk juga menjadi faktor utama yang membuat karyawan demotivasi. Manajer yang kurang menghargai karyawan atau selalu membuat keputusan yang buruk bisa menjadi alasan karyawan resign.
Misalnya, manajer yang buruk mempromosikan kandidat tidak berdasarkan kinerja, tetapi karena faktor like and dislike. Karyawan yang disukai atasan mendapat kesempatan lebih banyak. Ini akan mengendurkan semangat karyawan dalam bekerja.
Perusahaan yang tidak menawarkan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan diri juga bisa menyebabkan karyawan demotivasi. Karyawan tidak hanya membutuhkan imbalan uang, tetapi juga pelatihan keterampilan dan peluang karier yang jelas.
Karier statis tidak hanya melemahkan semangat tetapi juga mempercepat karyawan meninggalkan pekerjaan dan mencari tempat kerja lain yang lebih menjanjikan dengan karier terbuka.
Diterapkannya komunikasi satu arah atau top-down dari atasan ke bawahan membuat karyawan hanya sebagai pendengar dan pelaksana perintah. Tidak ada kesempatan bagi karyawan untuk menyampaikan feedback, keluhan, dan gagasan.
Karyawan yang tidak didengar biasanya tidak akan terlalu peduli dengan masa depan organisasi. Mereka juga tak punya motivasi untuk bekerja lebih baik.
Karyawan bukan hanya pekerja yang menghabiskan hidupnya untuk urusan pekerjaan dan kantor. Mereka adalah manusia normal yang juga butuh waktu untuk keluarga dan kehidupan sosial agar hidup dan pekerjaan menjadi seimbang.
Jika Anda tidak memberikan batasan jam kerja yang jelas, misalnya mengirim e-mail atau pesan di luar jam kerja atau menelepon untuk menanyakan pekerjaan saat akhir pekan, maka karyawan Anda tidak akan bahagia dan kehilangan motivasi.
Selain mengatasi penyebab di atas, Anda juga perlu memperbaiki sistem perekrutan karyawan. Jika menginginkan karyawan yang punya motivasi tinggi, Anda harus memastikan merekrut orang yang punya visi sama dengan Anda.
Anda bisa merekrut kandidat untuk berbagai peran melalui Glints. Job portal ini menyediakan ruang untuk memasang iklan lowongan kerja gratis dan tanpa batas. Anda perlu membuat akun pengguna di https://employers.glints.id untuk dapat posting iklan.
Anda juga dapat menggunakan layanan perekrutan profesional Glints TalentHunt yang efisien. Tak perlu memikirkan pasang iklan dan seleksi aplikasi pelamar, kami akan mencarikan kandidat paling tepat untuk Anda dari database Glints yang memiliki lebih dari 100.000 top talent.
Dengan menggunakan teknologi AI, tim TalentHunt akan menyusun peringkat teratas berdasarkan kesesuaian kandidat dengan deskripsi pekerjaan dan persyaratan. Kami akan merekomendasikan beberapa kandidat untuk Anda wawancarai dan Anda bisa menguji sejauh mana kandidat memahami dan sesuai dengan visi bisnis Anda.
Jika mengesankan, Anda dapat merekrut mereka. Glints memberikan jaminan 90 hari untuk karyawan baru Anda. Apabila ia tidak cocok untuk peran yang Anda berikan, maka kami akan mencari kandidat pengganti gratis, sehingga Anda tidak perlu mengeluarkan biaya lagi.
Glints membantu perusahaan di Indonesia merekrut karyawan terbaik, bahkan untuk peran yang spesifik dan sulit diisi sekalipun. Selain cepat, proses rekrutmen kami juga hemat biaya dengan cost per hire yang terjangkau.
Titel pekerjaan atau job title berperan penting dalam strategi menarik maupun mempertahankan talenta. Saat ini,…
Ekonom memperkirakan bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun pertumbuhan ekonomi yang melambat. Bagi perusahaan produk…
Mulai dari perusahaan rintisan hingga The Big Four — kita telah mengenal 'work culture' atau…
Angka perusahaan fintech Indonesia yang terdaftar dan berlisensi terus bertambah dari tahun ke tahun. Jika…
Vietnam telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang stabil selama dua dekade terakhir dengan pertumbuhan tahunan rata-rata…
Gangguan kesehatan mental memengaruhi 15% dari orang dewasa usia kerja, dengan depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan…