62 views

Peran AI di Dunia Kerja Semakin Disorot: Microsoft hingga Apple Dorong Keterampilan & Implementasi AI

Safira Adnin
Safira Adnin
May 3, 2024

Adopsi teknologi Kecerdasan Buatan (AI) kian berkembang dan telah mengubah lanskap dunia kerja. Hasil survei kami di Laporan Tren Talenta Startup di Asia Tenggara 2024 mengungkap, bagaimana 43% perusahaan berencana menggunakan AI untuk mengelola dan mengurangi biaya operasional mereka dalam 12 bulan ke depan.

Sebanyak 26% responden juga percaya tingginya dampak & kontribusi AI pada efisiensi operasional dan penghematan biaya perusahaan mereka. Dengan fokus pada beberapa fungsi utama seperti Administratif (23%), Pengalaman Pengguna (20%), Analisis Data (18%), Content & Creative (19%), dan Lainnya (20%).

Survei dari Laporan Wawasan Industri NTUC LearningHub 2024 juga menyebut, lebih dari empat dari lima pemimpin bisnis di Asia Tenggara berencana menjadikan keterampilan GenAI sebagai persyaratan bagi sebagian besar pekerjaan mereka.

Inni mencakup beberapa keterampilan seperti, analisis dan wawasan data (50%), pemasaran digital (40%), pemodelan data (38%), pembuatan konten (37%), dan computational thinking (35%).

Hal ini memprediksi bahwa akan ada peningkatan adopsi teknologi GenAI di berbagai sektor. Bahkan, 4 dari 5 pempin bisnis (24% sangat setuju, 58% agak setuju) juga percaya bahwa organisasi mereka berisiko tertinggal jika tidak mengadopsi teknologi GenAI, dengan alasan kesenjangan keterampilan dan pelatihan (52%), kemahiran digitalisasi (50%), dan transisi pekerja pada peran yang bernilai lebih tinggi (49%) — sebagai tantangan utama yang mereka hadapi dalam mengintegrasi teknologi GenAI di tempat kerja.

AI Semakin Disorot: 2,5 Juta Talenta di Asia Tenggara akan Latih Keterampilan AI

Seiring ramainya prediksi soal tingginya rencana adopsi GenAI di dunia kerja, keterampilan implementasi GenAI semakin disorot untuk mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi bisnis perusahaan.

Microsoft bahkan mengumumkan rencananya untuk mendukung 2,5 juta talenta di Asia Tenggara untuk meningkatkan keterampilan AI atau kecerdasan buatan hingga tahun 2025.

Inisiatif ini akan diimplementasikan melalui program pelatihan lewat kerja sama yang dibawa Microsoft bersama pemerintah, perusahaan, komunitas, serta organisasi nirlaba di Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina.

Peningkatan keterampilan melalui program pelatihan ini akan fokus pada 4 (empat) bidang, yang di antaranya: membangun keterampilan dan kemahiran AI, menjembatani kesenjangan keterampilan talenta & keamanan siber, membangun kemahiran AI bagi para developer, dan mendukung pemberdayaan organisasi nirlaba untuk memaksimalkan dampak sosial mereka.

Implementasi GenAI di Raksasa Tech

Industri tech menjadi sektor pendahulu yang telah mengimplementasi GenAI, salah satunya raksasa teknologi — Apple. Ia mempekerjakan puluhan ahli AI dari Google, dan membangun laboratorium penelitian untuk pengembangan model dan produk AI baru.

Dikutip dari The Financial Times, Apple telah merekrut 36 spesialis dari Google sejak tahun 2018.

Berdasarkan laporan tersebut, Apple tengah mengembangkan teknologi dasar yang mendukung chatbot ChatGPT OpenAI dan produk serupa lainnya berdasarkan model bahasa besar (LLM).

Tren Masa Depan Dunia Kerja

Seiring dengan perkembangan AI, umur simpan sertifikasi dan gelar di bidang TI berkurang sehingga upskilling dan reskilling kian penting.

Upskilling mengacu pada pengembangan keterampilan baru atau peningkatan keterampilan yang sudah ada pada individu untuk memenuhi tuntutan pekerjaan mereka saat ini atau untuk meningkatkan karier mereka.

Dengan kata lain, upskilling berfokus pada meningkatkan keterampilan yang relevan dengan peran atau tanggung jawab seseorang saat ini, sehingga mereka menjadi lebih terampil dan produktif dalam pekerjaan mereka.

Contohnya, seorang pengembang perangkat lunak yang sudah ahli dalam bahasa pemrograman tertentu mungkin melakukan upskilling untuk mempelajari bahasa pemrograman baru atau teknologi yang sedang berkembang.

Reskilling, di sisi lain, mengacu pada pelatihan ulang individu dengan keterampilan baru yang diperlukan untuk beralih ke peran atau industri yang berbeda.

Reskilling biasanya dilakukan ketika keterampilan yang dimiliki seseorang menjadi usang atau ketika seseorang ingin beralih karier.

Misalnya, seorang akuntan mungkin melakukan reskilling untuk menjadi analis data jika merasa bahwa pekerjaan mereka mungkin terancam oleh otomatisasi.

“Pergeseran automasi yang lebih signifikan menuntut lebih banyak pelatihan untuk karyawan dan memerlukan individu yang lebih berpengalaman untuk membuat dampak dalam perusahaan. Kesempatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri akan berkurang sehingga barrier to entry kian tinggi.” Terang Paul Hadjy, CEO & Cofounder of Horangi, dalam wawancara kami di Laporan Tren Talenta Startup di Asia Tenggara 2024.

Peran Leader & Strategi Implementasi GenAI di Perusahaan

Implementasi GenAI di dunia kerja selanjutnya menawarkan peluang besar dan tantangan kompleks, yang membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan adaptif.

Pada akhirnya, pemimpin akan berperan sangat penting dalam berbagai aspek, mulai dari menentukan visi dan strategi, hingga mengelola perubahan.

Pertama, dalam hal visi dan strategi, seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi peluang di mana GenAI dapat memberikan nilai tambah bagi bisnis.

Mereka perlu mengevaluasi area-area operasional seperti layanan pelanggan atau desain produk yang dapat dioptimalkan dengan AI.

Untuk menerapkan strategi ini, seorang pemimpin dapat membentuk tim khusus yang bertanggung jawab mengevaluasi potensi GenAI dalam berbagai fungsi bisnis, serta mengembangkan roadmap implementasi yang sesuai.

Kedua, pemimpin juga perlu memiliki keterampilan manajemen perubahan yang efektif. Implementasi GenAI seringkali menimbulkan ketakutan dan resistensi.

“Resistensi” dalam konteks ini mengacu pada penolakan atau perlawanan terhadap perubahan, terutama terhadap implementasi teknologi baru seperti GenAI.

Ketika sebuah perusahaan memperkenalkan inovasi, seperti sistem AI baru, beberapa karyawan mungkin merasa tidak nyaman atau khawatir karena perubahan tersebut dapat mempengaruhi cara mereka bekerja, peran mereka, atau bahkan keamanan pekerjaan mereka.

Oleh karena itu, penting bagi pemimpin untuk mengelola resistensi ini melalui komunikasi yang efektif dan pelatihan, sehingga perubahan dapat diterima dan diadopsi dengan baik.


Rekrut secara Tepat Lebih Cepat bersama Glints!
Bangun tim Anda lebih mudah mulai hari ini! Temukan kandidat berkualitas sesuai kualifikasi Anda dengan efisien bersama Glints. Jadwalkan konsultasi gratis dengan mengisi formulir ini.