69 views

Founder Ritel Ini Larang Karyawan Bekerja Saat Tidak Bahagia

Safira Adnin
Safira Adnin
April 16, 2024

“Jika Anda sedang tidak merasa baik secara mental, Anda lebih baik tidak hadir di tempat kerja, dan silakan mengambil cuti.”

Inilah pengumuman terbaru yang dibuat Yu Donglai, Founder and Chairman of Pang Dong Lai, sebuah perusahaan ritel di Provinsi Henan, China Tengah, yang berbagi bahwa karyawan di dalam perusahaan tersebut bisa meminta cuti tambahan selama 10 hari sesuai kebijakan.

“Setiap orang mengalami masa-masa ketika mereka tidak merasa bahagia, jadi jika Anda sedang tidak dalam kondisi baik, lebih baik tidak datang bekerja,” kata Yu, yang mengumumkan ini selama China Supermarket Week, sebuah acara selama enam hari untuk mempromosikan pengembangan sektor ritel di negara tersebut.

Langkah ini diambil oleh Yu untuk mendorong karyawan agar dapat menentukan waktu istirahat mereka sendiri dengan bebas, dan agar mereka memiliki waktu yang cukup untuk bersantai di luar jam kerja.

Dengan lebih dari 65% karyawan merasa lelah dan tidak bahagia di tempat kerja menurut survei 2021 tentang kecemasan di tempat kerja di China, pengumuman terbaru dari Yu akan berarti bahwa karyawan tetap akan bekerja selama tujuh jam sehari, dengan akhir pekan libur, berhak atas cuti tahunan sebanyak 30 hingga 40 hari, tambahan cuti ‘hari tidak bahagia’, dan lima hari libur saat Tahun Baru Imlek.

Pentingnya memperhatikan kesehatan mental karyawan

Workload atau beban kerja menjadi alasan utama di balik stres, tertekan, gangguan kecemasan bahkan depresi di tahun 2021. Hal ini diungkapkan dalam hasil survei dari Health and Safety Executive (HSE) kepada 822.000 pekerja. 

Dari survei ini, workload yang meliputi tenggat waktu yang sempit, terlalu banyak beban pekerjaan, bahkan hingga kurangnya dukungan secara manajerial menjadi sebab meningkatnya level stres, gangguan kecemasan hingga depresi. 

Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran untuk merawat kesehatan mental dari masing-masing individu karyawan, perusahaan sebagai organisasi juga perlu memiliki kesadaran yang sama. 

Meningkatkan produktivitas

Di tahun 2018 lalu, jumlah surat izin sakit yang dikeluarkan oleh para dokter di Inggris naik 8% dibandingkan pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini terutama terkait dengan gangguan kesehatan karena stres pekerjaan. 

Stres karena pekerjaan yang tidak dikelola dan ditangani dengan baik bisa menjadi penyakit fisik yang mengganggu produktivitas kerja. 

Tentu saja hal ini bukan berarti gangguan kesehatan mental yang dialami karyawan tidak valid jika belum menunjukkan gejala fisik. 

Gangguan kesehatan mental seperti gangguan kecemasan, bisa mengakibatkan penderitanya tidak bisa melakukan aktivitas dengan normal, baik itu makan, tidur hingga bekerja. 

Dengan menciptakan lingkungan kerja yang lebih memperhatikan kesehatan mental karyawan, termasuk di dalamnya terkait dengan beban kerja maka karyawan pun bisa lebih produktif

Efisiensi asuransi kesehatan

Dalam kasus karyawan dengan gangguan kesehatan mental, kemungkinannya ada dua, sudah berpengaruh pada kesehatan fisiknya atau pun belum. 

Baik dalam kemungkinan pertama maupun kedua, karyawan yang sehat tentu tidak ada keperluan untuk melakukan klaim asuransi. 

Hal ini bisa menjadi salah satu titik untuk meningkatkan efisiensi asuransi kesehatan. 

Meningkatkan retensi karyawan

Semakin tingginya kesadaran untuk bisa bekerja dengan lingkungan yang sehat, membuat perusahaan yang menawarkan benefit terkait kesehatan mental punya posisi tawar yang semakin kuat. 

Hal ini bukan saja untuk calon karyawan, namun juga untuk karyawan bisa bertahan lama di perusahaan. Artinya, angka retensi karyawan juga semakin tinggi. 

Jika ditarik ke perhitungan biaya, retensi karyawan juga merupakan salah satu cara untuk memastikan biaya rekrutmen lebih efisien. 

Langkah awal yang bisa dilakukan perusahaan

Workload analysis

Belakangan ini, istilah burnout makin sering kita dengar. Burnout adalah kondisi pekerja yang merasa memiliki beban kerja jauh lebih banyak dari yang bisa ditanggungnya ditambah dengan tekanan lain, mungkin tenggat waktu yang ketat atau lingkungan kerja yang tidak suportif. 

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya hal ini kepada karyawan adalah dengan memberikan porsi beban kerja yang wajar. 

Untuk mendefinisikan wajar ini, perlu dilakukan yang dikenal dengan workload analysis atau analisis beban kerja.

Untuk melakukan workload analysis perlu dilakukan beberapa tahap berikut ini:

Menilai tugas dan kapasitas masing-masing anggota tim

Manager HR bisa melakukan penilaian kepada masing-masing anggota tim di perusahaan terkait dengan keterampilan, tanggung jawab dan beban pekerjaannya. 

Dari data ini, bisa dilihat persebaran keterampilan, beban kerja hingga sumber daya yang dimiliki. Artinya, beban dan dukungan yang dibutuhkan oleh masing-masing anggota tim bisa dipetakan.

Menghitung beban rata-rata

Perhitungan ini penting untuk menjadi acuan batas atas workload di perusahaan. Untuk menghitungnya, coba dihitung berapa banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan oleh anggota tim dalam sepekan. 

Lalu, perlu juga diamati berapa banyak anggota tim yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. 

Evaluasi juga struktur tim yang dimiliki

Bisa juga dicek, apakah ada divisi yang memiliki jauh lebih banyak anggota tim sementara tim yang lain sangat ramping. 

Tentu hal ini juga perlu diimbangi dengan perhitungan beban kerja dari divisi terkait. 

Mengamati masing-masing divisi memiliki jumlah anggota tim yang proporsional sesuai dengan workload dari divisi juga bisa jadi salah satu cara untuk memastikan adanya pembagian kerja yang adil. 

Lingkungan kerja yang positif

Pentingnya lingkungan kerja yang positif terutama terkait dengan sumber daya. Seperti yang sudah sempat disinggung sebelumnya, tingginya workload juga bisa berkaitan dengan dukungan secara manajerial. 

Namun demikian, tentu dukungan dari sesama kolega juga tidak kalah pentingnya untuk meringankan workload masing-masing karyawan. 

Mungkin dukungan dari atasan maupun kolega tidak selalu berupa bantuan langsung, namun rasa aman dan merasa didukung juga bisa mengurangi kemungkinan muncul perasaan tertekan di tempat kerja.

Asuransi untuk kesehatan mental

Dalam survei internal yang kami lakukan, cakupan asuransi kesehatan menjadi salah satu pertimbangan untuk karyawan ketika memutuskan untuk pindah kantor. 

Di kondisi sekarang, ketika kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin tinggi tidak jarang karyawan yang mengharapkan asuransi kesehatan yang diberikan mencakup biaya konsultasi psikolog atau psikiater. 

Workload menjadi salah satu alasan yang paling banyak dikemukan oleh responden survei yang dilakukan oleh HSE. 

Terkait dengan stres pekerjaan, termasuk tingginya workload, rupanya tidak bisa hanya diselesaikan dengan solusi individu. Perusahaan juga mesti terlibat untuk menciptakan ruang kerja yang nyaman. 

Ruang kerja yang nyaman, selain memastikan semua orang yang terlibat di dalamnya lebih sehat baik secara fisik maupun psikologis, juga tentu saja bisa lebih produktif dan efisien. 


Rekrut secara Tepat Lebih Cepat bersama Glints!
Bangun tim Anda lebih mudah mulai hari ini! Temukan kandidat berkualitas sesuai kualifikasi Anda dengan efisien bersama Glints. Jadwalkan konsultasi gratis dengan mengisi formulir ini.