Apa yang Dicari Milenial dalam Memilih Pekerjaan?

©️ Pexels

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional 2019 Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja milenial atau Generasi Y di Indonesia sekitar 48 juta orang. Mereka mendominasi sektor jasa kesehatan (65%), jasa keuangan (64%), informasi dan komunikasi (61%), dan perdagangan (52%).

Berbicara tentang millennials, sepertinya tak bisa lepas dari Deloitte. Perusahaan audit dan konsultan global ini merupakan organisasi yang paling rajin melakukan studi tentang pekerja milenial di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Deloitte Indonesia pernah melakukan survei terhadap pekerja milenial Indonesia pada 2019 dan menemukan beberapa faktor penting yang paling dicari tenaga kerja ini dalam memilih pekerjaan. Apa saja itu?

Berdasarkan data yang dikutip dari publikasi Deloitte Indonesia berjudul “Generasi Milenial dalam Industri 4.0”, ternyata gaji bukan faktor nomor satu dalam memilih pekerjaan.

Apresiasi atas ide dan hasil kerja merupakan yang paling banyak dicari (83% responden), disusul suasana kantor yang menyenangkan (68%), fleksibilitas kerja (61%), komunikasi yang fleksibel dan tidak birokratis (60%), serta pelatihan dan pengembangan profesional (57%). Sementara itu, gaji atau imbalan kerja menempati urutan kedelapan (33%).

Courtesy of Deloitte Indonesia

Apresiasi di tempat kerja

Milenial tidak bekerja hanya untuk mencari uang, tapi juga pengakuan dan penghargaan atas kontribusi mereka terhadap perusahaan. Apresiasi tidak selalu berupa bonus dan hadiah. Ucapan selamat dan pujian dari atasan juga dapat memberikan kepuasan dan membuat mereka merasa dihargai.

Pada dasarnya, memberikan apresiasi juga menguntungkan perusahaan. Karyawan yang merasa puas akan termotivasi untuk selalu mencapai performa tinggi. Dampak positifnya, produktivitas juga akan meningkat.

Suasana tempat kerja yang positif

Lingkungan kerja sangat berpengaruh bagi kesehatan mental dan fisik. Karena alasan itu, milenial mencari lingkungan kerja yang memberikan suasana menyenangkan dan bukan tekanan tinggi yang dapat menyebabkan burnout. Lingkungan kerja positif tidak diskriminatif, menghargai kreativitas dan inovasi, serta memberikan ruang bagi milenial untuk tumbuh. 

Sebaliknya, tekanan kerja dari bos yang perfeksionis, mendikte, mengawasi ketat, dan tidak pernah puas, mungkin tidak cocok bagi milenial karena akan menghambat pengembangan diri. Begitu juga jika atasan tidak adil, suasana kantor akan diwarnai persaingan tak sehat.

Fleksibilitas kerja

Sebagian besar milenial menginginkan fleksibilitas dalam hal waktu atau tempat kerja, misalnya dengan bekerja secara remote. Mereka juga sangat peduli dengan keseimbangan hidup dan pekerjaan (work-life balance) dan lebih suka jika tempat kerja mereka memberikan flex job meski tidak penuh.

Bagi milenial, fleksibilitas dapat membantu mereka lebih produktif dengan mengatur sendiri tempat dan waktu kerja yang paling nyaman sesuai dengan kebiasaan mereka. Ini juga bermanfaat mengurangi tekanan kantor, sehingga mereka lebih dapat fokus dengan pekerjaannya.

Komunikasi yang fleksibel

Milenial tidak menyukai komunikasi yang formal dan birokratis di tempat kerja. Mereka menginginkan komunikasi yang fleksibel menggunakan teknologi mobile. Menurut mereka, komunikasi yang cepat dan efektif akan membuat pekerjaan semakin lancar dan cepat selesai.

Soal gaya komunikasi, pekerja milenial lebih menyukai atasan yang mau mendengar dan berdiskusi, menjadi partner kolaborasi, dan memberikan feedback yang mereka butuhkan. Mereka menginginkan otonomi dalam menjalankan tanggung jawab pekerjaan, bukan model manajemen mikro yang mengatur semuanya secara detail.

Pelatihan dan pengembangan

Milenial ingin bekerja di perusahaan yang menawarkan program pengembangan karyawan, seperti pelatihan keterampilan dan jenjang karier. Bagi mereka, pekerjaan yang ideal tidak hanya memberikan uang sebagai imbalan, tapi juga kesempatan untuk lebih maju dan berkembang.

Tidak ada karyawan yang ingin bertahan sebagai staf bawahan. Mereka ingin menguasai keterampilan dan kompetensi baru, serta naik jabatan. Perusahaan yang hanya memberikan gaji dan bonus tidak terlalu menarik bagi milenial. Bahkan, hal itu kemungkinan hanya membuat mereka bertahan 2 atau 3 tahun.

Cari kandidat milenial berkualitas dengan bantuan layanan headhunter

Jika perusahaan Anda menyediakan lima hal di atas, maka mencari kandidat milenial berbakat tidak terlalu sulit, apalagi jika Anda menggunakan platform rekrutmen Glints TalentHunt yang efektif. Dengan database lebih dari 130.000 top talent berpengalaman yang didominasi milenial, peluang Anda cukup besar untuk mendapatkan kandidat yang tepat dan berkualitas.

TalentHunt memiliki tim perekrut spesialis berdedikasi dan teknologi rekrutmen berbasis AI yang memungkinkan seleksi top talent hanya butuh waktu 2-3 minggu. Tak ada biaya di depan, karena Anda hanya membayar cost per hire untuk setiap kandidat yang berhasil Anda rekrut.

Selain itu, TalentHunt juga memberikan garansi 90 hari sehingga Anda bebas risiko. Jika dalam masa adaptasi tersebut, kinerja karyawan baru tidak memuaskan, Anda akan mendapat penggantian kandidat gratis.

TalentHunt telah melayani lebih dari 30.000 perusahaan dengan tingkat kepuasan 8/10. Cek testimoni mereka di https://talenthunt.glints.id.

(Penulis: Khairina)

Anggita Dwinda

Recent Posts

Tren Inflasi Jabatan untuk Menarik Talenta, Strategi yang Efektif?

Titel pekerjaan atau job title berperan penting dalam strategi menarik maupun mempertahankan talenta. Saat ini,…

2 hours ago

Mengapa SDM Berkualitas Vietnam adalah Kunci Keberhasilan Ekonominya

Vietnam telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang stabil selama dua dekade terakhir dengan pertumbuhan tahunan rata-rata…

1 week ago

Diperlukan Strategi Lebih Proaktif untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Karyawan

Gangguan kesehatan mental memengaruhi 15% dari orang dewasa usia kerja, dengan depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan…

2 weeks ago

Founder Ritel Ini Larang Karyawan Bekerja Saat Tidak Bahagia

"Jika Anda sedang tidak merasa baik secara mental, Anda lebih baik tidak hadir di tempat…

2 weeks ago

Wajah Baru dari Data Science di 2024: Apa Saja yang Berubah?

Tahun 2023 menyisakan banyak pelajaran penting bagi industri teknologi, khususnya dari sisi pengelolaan data. Gelombang…

2 weeks ago

Tantangan dan Peluang Lapangan Kerja Hijau di Indonesia 2024

Di tengah upaya global mengurangi emisi karbon dan mendorong ketahanan ekonomi serta sosial, Indonesia telah…

2 weeks ago