Diskusi HR: Strategi Bobobox dalam Menjaga Kestabilan Bisnis dan Hubungan Ketenagakerjaan di Tengah Pandemi
Employer of the Month adalah apresiasi Glints terhadap perusahaan-perusahaan yang telah menggunakan platform Glints secara aktif untuk menunjang proses rekrutmen dan menemukan kandidat terbaik. Tiga perusahaan terpilih berkesempatan untuk kami promosikan perusahaan dan lowongan pekerjaannya ke 900.000+ pencari kerja dan 30.000+ komunitas HR.
Didirikan sejak tahun 2018, Bobobox adalah perusahaan property technology (prop-tech) yang fokus pada penyediaan fasilitas beristirahat dengan dukungan teknologi terdepan. Produk yang telah diluncurkan adalah akomodasi berbentuk kapsul (hotel kapsul) modular yang terintegrasi dengan aplikasi dan sistem Internet of Things (IoT).
Hingga saat ini, Bobobox telah tersebar di beberapa kota di Indonesia, diantaranya adalah Bandung, Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Dalam waktu dekat, cabang hotel kapsul lainnya di kota Solo juga akan dibuka untuk publik, dan juga beberapa varian produk lain untuk meningkatkan budaya beristirahat dan tidur yang lebih baik bagi lebih banyak kalangan.
Dengan pesatnya pengembangan bisnis yang dilakukan, tentunya Bobobox membutuhkan sumber daya manusia yang lebih banyak. Namun, dengan adanya pandemi saat ini, bisnis akomodasi, perhotelan dan pariwisata menghadapi kesulitan. Lalu, bagaimana dengan Bobobox yang justru tetap aktif melakukan rekrutmen, bahkan baru saja membuka dua cabang hotel kapsul lainnya di Jakarta dan Yogyakarta pada Agustus 2020?
Glints berkesempatan untuk mewawancarai Mohammad Gilang Santika sebagai Talent Acquisition Specialist Bobobox mengenai strategi Bobobox untuk tetap berinovasi dan menjaga budaya kerja perusahaannya di tengah pandemi COVID-19.
Glints:
Seperti yang diketahui, selama pandemi COVID-19 bisnis perhotelan dan pariwisata adalah yang paling terkena dampaknya akibat berbagai pembatasan yang dilakukan setiap negara. Bahkan, beberapa pelaku bisnis pariwisata melakukan lay-off karyawan karena kesulitan yang dihadapi.
Di tengah kondisi saat ini, Bobobox sangat aktif melakukan rekrutmen dan memperluas jaringan hotel kapsul di Indonesia, strategi apa yang digunakan oleh Bobobox sehingga dapat menjaga kestabilan bisnis dan hubungan industrial perusahaan?
Bobobox:
Secara internal, sejak awal berdirinya Bobobox, tim manajemen terus fokus memikirkan strategi komprehensif dalam menjaga kestabilan bisnis. Contrary to popular belief, sebagai perusahaan teknologi rintisan, atau yang biasa disebut dengan tech startup, budaya ‘bakar uang’ adalah big no-no sejak awal perusahaan kami berdiri. Karenanya, kita tetap bisa menjaga hubungan ketenagakerjaan dengan karyawan tanpa harus mengambil kebijakan extraordinary sehubungan dengan kondisi keuangan yang dihadapi di masa pandemi global ini.
Bisnis perhotelan memang menjadi salah satu industri yang terdampak paling besar. Tetapi di hotel kapsul Bobobox kami menemukan kecenderungan pola konsumen yang terbilang cukup unik, yakni masyarakat cenderung menggunakan Bobobox untuk durasi stay lebih lama. Hal tersebut kami telaah karena didasari oleh kepercayaan masyarakat atas jaminan keamanan, kenyamanan, dan aksesibilitas yang ditawarkan produk kami.
Glints:
Apa saja aturan kerja yang berubah di Bobobox saat sebelum dan setelah pandemi COVID-19?
Bobobox:
Seperti mayoritas perusahaan pada umumnya, jika sebelum pandemi kami menerapkan work from office atau bekerja di kantor, namun karena adanya pandemi, kami membuat aturan kerja baru yaitu work from home (WFH). Ketika mengimplementasikan WFH, kami menggunakan HRMS untuk membantu proses absensi karyawan. Sedangkan untuk tracking produktivitas karyawan, kami menerapkan daily check-in dan check-out yang menjadi cerminan budaya bekerja transparan yang terus dikembangkan di internal tim Bobobox
Selain itu, kami juga memfasilitasi aturan baru untuk karyawan yang memang dalam suatu waktu perlu kerja di kantor. Tidak hanya protokol yang ketat sesuai dengan anjuran pemerintah, karyawan yang akan ke kantor diwajibkan mengisi form assessment dan harus menginformasikan keperluannya untuk datang ke kantor kepada tim Office Management maksimal satu hari sebelumnya. Hal ini bertujuan semata-mata untuk menjaga jumlah individu yang ada dan berinteraksi di dalam kantor Bobobox.
Aturan kerja baru ini prosesnya sangat cepat, jadi dalam 1-2 minggu sebelum diterapkan kami sudah membuat playbook yang akan digunakan karyawan dan perusahaan dalam menerapkan aturan selama WFH.
Glints:
Setelah melakukan work from home selama beberapa bulan, bagaimana Bobobox menjaga kestabilan mental health karyawan?
Bobobox:
Di Bobobox kami menerapkan kebijakan berdasarkan data. Pada saat awal diterapkannya work from home (WFH), tim office management melakukan survei kebutuhan karyawan mengenai apa yang karyawan butuhkan dan yang mereka harapkan untuk menjaga produktivitas dan kesehatan mental mereka.
Dari survei tersebut, tim office management akan melakukan inisiatif, seperti talk show dan acara ringan diluar pekerjaan. Seperti beberapa waktu lalu, karena arsitektur termasuk ke bisnis Bobobox, kami memiliki arsitektur handal yang dapat memberikan tips dan insight mendesain kamar agar lebih estetik ke karyawan.
Tidak hanya itu, kebutuhan lain seperti kesehatan mental, kami memberikan free pods stay di Bobobox ke karyawan. Kami percaya produk yang kami tawarkan memiliki dampak positif pada wellness dan health karyawan.
Glints:
Bobobox sangat aktif melakukan rekrutmen di tengah masa pandemi COVID-19, bagaimana tantangan rekrutmen yang dihadapi Bobobox?
Bobobox:
Tantangan yang kami kerap kali rasakan sebagai perusahaan ‘early stage’ tentunya adalah memastikan bahwa kami dapat menarik minat the best talent untuk bergabung. Di masa awal berdirinya perusahaan seperti yang kami alami saat ini, kemampuan untuk menarik curiosity banyak pihak adalah masalah yang sangat menantang dan ingin kami solve sebagai business player.
Kami sangat proaktif untuk menginformasikan visi dan misi kami sebagai tim untuk jangka panjang, dan target capaian untuk jangka pendek atau menengah. Kejelasan tentang aspek ini sangat penting untuk kedua pihak, baik perusahaan maupun kandidat.
Sebagai talent acquisition, saya membantu menyampaikan aktivitas yang gencar dilakukan oleh Bobobox agar terbangun pemahaman yang mendalam tentang arah pengembangan bisnis dan nilai yang kami emban. Sehingga, talenta tertarik untuk melamar kerja di perusahaan kami.
Tantangan lainnya adalah bagaimana proses rekrutmen berubah dari sebelumnya wawancara dilakukan secara tatap muka, namun saat ini wawancara dilakukan secara interaktif melalui video call. Padahal terdapat interaction touch yang tidak bisa didapatkan seperti saat tatap muka.
Hingga saat ini, kami membuat wawancara lebih terstruktur dengan mengikuti guideline yang telah dibuat oleh tim People and Culture terkait proses wawancara kerja dengan kandidat.
Glints:
Dari semua strategi yang dilakukan Bobobox dalam menghadapi tantangan rekrutmen yang ada, strategi seperti apa yang menurut Bobobox paling signifikan berdampak pada Bobobox?
Bobobox:
Pentingnya membangun employer branding. Tidak dipungkiri, dalam kondisi seperti ini penting untuk menunjukkan sustainability bisnis agar talenta terbaik tidak ragu dan tertarik bergabung dengan perusahaan. hb
Dengan memposting lowongan kerja di platform eksternal seperti Glints juga salah satu employer branding yang dilakukan oleh Bobobox. Banyak talenta terbaik yang aktif mencari kerja di Glints, ketika melihat iklan lowongan kerja perusahaan kami, kesempatan mereka untuk mencari tahu tentang perusahaan maupun kepercayaan terhadap sustainability perusahaan akan meningkat. Karena di tengah kondisi sulit seperti ini, Bobobox justru aktif melakukan rekrutmen dan melakukan berbagai aktivitas seperti membuka dua hotel kapsul baru.
Jika Anda tertarik untuk menjadi Employer of the Month kami berikutnya atau tertarik menggunakan job portal Glints seperti Ruangguru, Anda bisa mendaftarkan perusahaan dan lowongan kerja yang dibuka saat ini di website kami.
